Informasi

5 Fakta Unik Kerben, Buah Beri Asli Indonesia yang Tak Banyak Orang Tahu

Written by

Jika berbicara tentang buah lokal yang ada di Indonesia memang tidak akan ada habisnya. Begitu banyak jenis buah yang kaya rasa dan manfaat. Tetapi, dari sekian banyaknya buah di Indonesia, ada satu jenis berry atau beri yang belum diketahui banyak orang. Ya, namanya kerben, lantas seperti apa buah satu ini?

Dari sekian banyaknya buah lokal yang ada di Indonesia, kerben ini memang belum banyak diketahui orang. Sebenarnya buah ini tidak termasuk golongan langka, hanya saja tidak terlalu mudah ditemukan.

Kerben adalah salah satu jenis beri yang banyak ditemukan di Desa Suko Pangkat, Kecamatan Gunung Kerinci, Kabupaten Kerinci, Jambi. Buah ini tumbuh sangat subur di sana, terutama di ladang penduduk yang sebagian besar berada di kawasan hutan.

Nah, buat kamu yang masih asing dengan buah asli Indonesia ini, yuk ketahui lebih lanjut soal fakta unik kerben ini;

1. Buah yang tumbuh liar di pegunungan

Buah satu ini tidak memerlukan perawatan khusus, tanaman kerben tumbuh secara liar di kawasan pegunungan, tepatnya di ketinggian lebih dari 1300 meter di atas permukaan laut (mdpl). Sering kali kerben ditemukan di pekarangan rumah warga.Buahnya kerap melimpah karena jarang dikonsumsi; maka ketika itu pula saat buah jatuh dari pohon bijinya akan tumbuh menjadi bibit baru. Sehingga kebun belukar kerben menjadi rimbun.

Reni menyebutkan, sebenarnya kerben tak hanya bisa didapatkan di Jambi. Kerben juga biasanya dipasarkan bersama stroberi di daerah Lembang, Bandung. Berbeda dari stroberi, tanaman kerben ini berupa perdu dengan banyak duri di bagian batangnya. Menariknya, buah ini tidak mengenal musim tanamannya bisa berbuah sepanjang tahun.

2. Antara stroberi dan raspberry

Kalau melihat buahnya, kerben seperti persilangan antara stroberi dan raspberry. Memiliki bentuk seperti stroberi, namun warnanya merah menyala seperti raspberry.

“Hanya saja, teksturnya lebih lembut daripada stroberi. Ukurannya juga lebih kecil. Buah yang sudah matang sempurna dengan warna merah menyala rasanya manis dengan sedikit asam. Ada bagian lembut berwarna putih di bagian tengah buah. Ini yang tidak ditemukan pada stroberi,” ujar Reni.

3. Selai tanpa pengawet kimia

Penduduk desa mulai banyak memanfaatkan kerben sebagai bahan selai. Ini pun melewati masa percobaan dahulu, sebelum dapat menghasilkan selai yang enak sekaligus menarik dipandang.

Meski tanpa pengawet kimia sama sekali, jika dikemas dengan wadah kedap udara, maka selai kerben bisa bertahan hingga dua minggu. Dengan syarat, kemasannya tidak dibuka sehingga tidak terkontaminasi oleh bakteri. “Kami hanya menggunakan tambahan gula, garam, dan perasan lemon sebagai penguat rasa. Bahan-bahan ini juga berperan sebagai pengawet alami,” ungkap Reni.

4. Buah yang serbaguna

Tak hanya dikonsumsi secara langsung dan dibuat selai, kerben juga cocok untuk bahan jus dan berbagai olahan dessert. Fifin Liefang, finalis kompetisi memasak MasterChef Indonesia musim keenam, menyebutkan selain menyantap segar begitu saja, beri umumnya juga cocok untuk jus dan berbagai dessert. Misalnya, menjadikannya compote untuk melapisi bagian dalam layer cake. Berry juga bisa jadi topping untuk sejumlah makanan barat, seperti pancake dan waffle.

Selain untuk hidangan penutup, kamu juga bisa memanfaatkan beri untuk hidangan savoury atau gurih. Rasanya yang asam-manis sangat cocok untuk disandingkan dengan hidangan laut dan daging. “Misalnya, sebagai saus untuk disantap dengan steak sapi atau salmon,” ujar Fifin.

5. Punya nilai ekonomi dan ekologi

Memanfaatkan kerben dengan mengolahnya menjadi selai pun telah dilakukan oleh ibu-ibu muda di Desa Suko Pangkat yang tergabung dalam KUPS Suko Suka. Selai ini mampu memberi tambahan penghasilan kepada keluarga pengelola hutan di Suko Pangkat. “Sumber ekonomi alternatif ini juga pada akhirnya membantu mengurangi tekanan terhadap kawasan hutan,” kata Reni.

Selama ini selai dengan label Suko Selai tersebut mereka memasarkan ke sekitar Jambi dan pasar-pasar khusus, misalnya pameran produk kehutanan. Selai buah itu, dikemas dengan botol kaca yang ramah lingkungan.

Reni bercerita, “Sambutan pasar cukup baik. Hal ini terlihat dari adanya permintaan produk setiap minggu. Namun, sejauh ini selai tersebut belum dipasarkan secara online, sehingga belum menjangkau pasar yang lebih luas.”

KONTEN MENARIK TENTANG DUNIA AGRIBISNIS (KLIK DISINI)

BACA JUGA Perawatan Herbal Terbaik untuk Merpati Anda! (KLIK DISINI)

Tinggalkan komentar